Kamis, 02 Juni 2011

Asuhan Keperawatan Tumor Medula Spinalis

1.1. Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995).

1.2 Klasifikasi
a. Tumor Intradural
Berbeda dengan tumor ekstradural tumor intradural pada umumnya jinak.

1. Tumor Ekstramedular

Terletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian besar tumor di daerah ini merupakan neurofibroma atau meningioma jinak

2. Tumor Intramedular
Berasal dari dalam medula spinalis itu sendiri.

b. Tumor Ekstradural
  1. Tumor ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal, dan lambung
  2. Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruangan ekstradural. Neoplasma ekstradural dalam ruangan ekstradural biasanya karsinoma dan limfoma metastase.
1.3. Etiologi
Faktor Resiko tumor dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia, faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu (Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.

1.4 Manisfestasi Klinis
a. Tumor ekstradural
  1. Nyeri yang digambarkan sebagai konstan dan terbatas pada daerah tumor diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom
  2. Nyeri paling hebat pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh gerakan tulang belakang dan istirahat baring
  3. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengedan
  4. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum keterlibatan medula spinalis.
  5. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali
  6. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar
  7. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang irreversible
  8. Gangguan buang air besar dan buang air kecil
b. Tumor intradural
Perjalanan klinis dapat lebih lambat dan berlangsung selama berbulan-bulan.
  1. Berkurangnya persepsi nyeri dan suhu kontralateral dibawah tingkat lesi
  2. Penderita mengeluh nyeri, mula mula pada punggung dan kemudian sepanjang akar-akar spinal
  3. Nyeri diperhebat oleh gerakan, batuk, bersin, atau mengedan dan paling berat pada malam hari ( nyeri pada malam hari disebabkan oleh traksi pada akar-akar yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari gravitasi.
  4. Parestesia dan berlanjutnya defisit sensorik proprioseptif
1.5 Patofisiologi
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak.

Terutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang belakang

Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor


Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine. (Long C, Barbara, 1996)


1.6. Penatalaksanaan
a) Stabilisasi : fusi spinal
b) Pengobatan : relaksan otot, transquilizer, anti koagulan, laksatif, antasida dan steroid.
c) Tumor Ekstradural
  • Laminektomie
  • Hormon, radiasi dan kemoterapi merupakan pengobatan tambahan
  • Tumor Intradural
  • Pengangkatan dengan pembedahan
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik secara umum dapat dilakukan :
  • Pemeriksaan sinar X
  • CT. Scan
  • MRI
  • Analisa Gas Darah
  • Elektrolit
a. Tumor Ekstradural
  • Radiogram tulang belakan (Akan memperlihatkan osteoporosis atau kerusakan nyata pada korpus vertebra dan pedikel)
  • Myelogram (Memastikan lokalisasi tumor)
  • Pemeriksaan LCS (Akan memperlihatkan peningkatan kadar protein dan kadar glukosa yang normal)
b. Tumor Intradural
  • Radiogram tulang punggung memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikel yang berdekatan
  • Myelogram (Menentukan lokalisasi yang cepat)
1.8 Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
  1. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan
  2. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
  3. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaanpola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
  4. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
  5. Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
  6. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
  7. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
  8. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan
  9. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
  10. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi.
  11. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
  12. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
  13. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
  14. Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan)
  15. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat perkawinan (kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
II. Masalah keperawatan
  • Kelumpuhan
  • Gangguan sensibilitas
  • Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor servical tinggi
  • Gangguan sistem cerna
  • Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil
  • Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung
III. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai dengan : menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada diri sendiri, wajah menahan nyeri, perubahanpola tidur, menarik diri secara fisik.

Kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjuKkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri
Intervensi :
  1. Kaji keluhan nyeri
  2. Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah.
  3. Anjurkan untuk istirahat denn tenang
  4. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
  5. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi terhadap sentuhan
  6. Sarankana pasien untuk menggnakan persyaratan positif “ saya sembuh “ atau “ saya suka hidup ini “
  7. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
  8. Berikan antiemetiksesuai indikasi
2. Defisit perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang b. d gangguan neurofisiologis.

Kriteria hasil : kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi, kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi, kebutuhan eliminasi terpenuhi, kebutuhan higiene oral, muka terpenuhi, latihan rentang gerak aktif dan psif dilakukan.
Intervensi :
  1. Kaji tingkat kemampuan yang berhubungan dalam melakukan kebutuhan perawatan diri
  2. Bantu saat pasien makan sesuai kebutuhan
  3. Lakukan perawatan kateter setiap hari
  4. Lakukan higiene oral setiap hari
  5. Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk ekstremitas
  6. Bantu dan ajarkan latihan pembentukan otot sesuai indikasi : boneka untuk latihan memeras, bola karet.
  7. Lakukan perawatan kulit : gosok punggung
  8. Berikan higiene secara total sesuai indikasi
  9. Berikan bantuan nutrisi sesuai pesanan : konsulkan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan
  10. Jelaskan pentingnya perawatan diri.
3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi ( trauma atau defisit neurologis ), ditandai dengan disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku

Kriteria hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.

Intervensi :
  1. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan proses pikir
  2. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah penglihatan
  3. Observasi repon perilaku
  4. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
  5. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil, pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan psikologis
Kolaborasi :
  1. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
  2. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi
4. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise, atrofi otot dan kontraktur.

Kriteria hasil : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit / kompensasi, mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang memungkinkan melakuakn kembali aktivitas

Intervensi :
  1. Kaji rasa nyeri, kemerahan, bengkak, ketegangan otot jari.
  2. Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan , seperti : bel atau lampu pemanggil
  3. Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut. Lakukan hiperekstensi pada paha secara teratur
  4. Letakkan tangan dalam posisi kedalam ( melipat )
  5. Tinggikan ekstremitas bawah beberapa saat sewaktu duduk atau angkat kaki
  6. Buat rencana aktivitas untuk pasin sehingga pasien dapat beristirahat tanpa terganggu
  7. Berikan posisi alih baring setiap 2 jam
  8. Monitor tanda-tanda vital
  9. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
5. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan neurovaskuler, kerusakan kognitif.

Kriteria hasil: pasien dapat dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA dan tanda-tanda vital dalam batas normal, bunyi nafas jelas saat dilakukan auskultasi, tidak terdapat tanda distress pernafasan

Intervensi :
  1. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
  2. Auskultasi bunyi pernafasan
  3. Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miring sesuai indikasi
  4. Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar
  5. Kaji kemampuan dan kualitas batuk
  6. Monitor tanda-tanda vital
  7. Waspada bahwa trakeostomie mungkundilakukan bila ada indikasi
  8. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik, catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
  9. Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif
  10. Berikan O2 sesuai indikasi
  11. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi
I. Asuhan Keperawatan Tumor Otak
1.1 Definisi
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)

Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku ajar patofisiologi)

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

1.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
  • Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

  • Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
  • Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
  • Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

  • Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
  • Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

1.3 Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor
1) Jinak
  • Acoustic neuroma
  • Meningioma
  • Pituitary adenoma
  • Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
  • Astrocytoma (grade 2,3,4)
  • Oligodendroglioma
  • Apendymoma
Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
a) Ekstramedular
  • Cleurofibroma
  • Meningioma
b) Intramedular
  • Apendymoma
  • Astrocytoma
  • Oligodendroglioma
  • Hemangioblastoma
2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru, ginjal dan lambung.

1.4 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

1.4 Manifestasi Klinis
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini, karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi umumnya berjalan progresif. Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
  • Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.

1. Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.

2. Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai dengan mual.

3. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
  • Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
  • Mengalami post iktal paralisis
  • Mengalami status epilepsy
  • Resisten terhadap obat-obat epilepsy
  • Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
  • Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
4. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
  • Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal
  • Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
  • Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
  • Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
  • Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
  • Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
  • Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
  • Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
  • Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi
  • Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
  • Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
  • Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
  • Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.

6. Tumor di cerebello pontin angie
  • Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
  • Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran
  • Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
  • Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
  • Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
  • Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil udem
  • Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
  • Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
1.5 Diagnosis
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya, hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup ct scan dan mri bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor.Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan hungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramatrisnya yang fital itu.

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. () Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.

1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
  1. Gangguan fisik neurologist
  2. Gangguan kognitif
  3. Gangguan tidur dan mood
  4. Disfungsi seksual
1.7 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengkaji tumor otak adalah :
  1. Pengkajian saraf
  2. Pergerakan mata
  3. Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
  • Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
  • Pengkajian reflek
  • Keseimbangan dan koordinasi
  • Penciuman dan sentuhan
  • Abstract thinking
  • Memori
  1. Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
  2. Jantung : bradikardi, hipertensi
  3. Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
  4. Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
1.8 Pemeriksaan Diagnostik
  1. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
  2. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
  3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
  4. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
  5. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
  6. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
1.9 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.

b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

c. Chemotherapy
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase

e. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor.

1.10 Pemeriksaan Penunjang
  1. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
  2. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
  3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
  4. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
  5. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
  6. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

1.11 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data Subjektif
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
  • Nama
  • Jenis kelamin
  • Usia
  • Status
  • Agama
  • Alamat
  • Pekerjaan
  • Pendidikan
  • Bahasa
  • Suku bangsa
  • Dx Medis
  • Sumber biaya
b. Riwayat keluarga
  • Genogram
  • Keterangan genogram
c. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
  • Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
  • Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
2. Status kesehatan masa lalu
  • Penyakit yang pernah dialami
  • Pernah dirawat
  • Alergi
  • Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Diagnosa Medis dan Therapi

d. Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
  • Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate.
  • Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
  • Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
  • Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
  • Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
  • Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
  • Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
  • Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
  • Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
  • Pengetahuan
tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
  • Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
  • Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
b. Keadaan umum
  • Tingkat kesadaran CCS
  • Tanda-tanda vital
  • Keadaan fisik
  1. Kepala dan leher
  2. Dada
  3. Payudara dan ketiak
  4. Abdomen
  5. Genitalia
  6. Integument
  7. Ekstremitas
  8. Pemeriksaan neurologist
2. Diagnosa Keperawatan
  1. Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan
  2. Nyeri akut berhubungan dengan
  3. Resiko cidera berhungan dengan
  4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
  5. Ansietas berhubungan dengan
  6. Resiko kekurangan nutrisi
3. Rencana tindakan
Dx1. Nyeri akut berhubungan dengan
Tujuan : Setelah diberikan askep selama …..x24 jam,diharapakan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dengan ,kriteria hasil:
  • Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,
  • Wajah pasien tidak meringis
Intervensi :
mandiri

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
Rasional: Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Rasional: Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.

3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
Rasional: Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.

4. Berikan kompres dingin pada kepala.
Rasional: Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi

5.Kolaborsi Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.
Rasional: menurunkan nyeri

Dx 2. Gangguan perfusi cerebral berhubungan dengan
Tujuan :setelah diberikan askep selama ….x24 jam,diharapkan gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:

  • Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi motorik/sensorik
  • Tanda-tanda vita stabil
Intervensi :
1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
Rasional : untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat

2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
Rasional : mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial adanya peningkatan TIK

3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
Rasional : mengukur kesadaran secara keseluruhan

4. Pantau tekanan darah
Rasional : normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat fluktasi tekanan darah sistemik

5. Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur
Rasional : gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak ,mempunyai konskuensi terhadap keamanan dan akan mempengaruhi intervensi

6. Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi
Rasional : demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan terjadi peningkatan TIK

7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
Rasional: petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK

8.Hindari /batasi penggunaan restein
Rasional: restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan meningkatkan TIK

9. Kolaborasi, tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi
Rasional: meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi kongesti dan
edema atau resiko terjadi peningkatan TIK

Dx. 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam ,diharapkan Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi ,dengan criteria hasil:
  • Nutrisi klien terpenuhi
  • Mual berkurang sampai dengan hilang
Intervensi :
1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
Rasional: Makanan yang hangat menambah nafsu makan.

2. Kaji kebiasaan makan klien.
Rasional: Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien

3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
Rasional: Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.

4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
Rasional: Untuk mengetahui kehilangan berat badan.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
Rasional: Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995).

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara professional. Selain itu pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan tindakan pencegahan dan penanggulangan untuk menghindari penyakit tumor medulla spinalis dan tumor otak ini. Mungkin dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. M (2000), Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian, ed. 3, EGC, Jakarta.
Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol. 2. EGC.jakarta.

Perhatian!

| Boleh Copy paste, tapi kalo anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback blog ini. |

Silahkan gabung!