Jumat, 27 Agustus 2010

Rencana Asuhan Keperawatan Pada Perubahan Pola Seksualitas

Keadaan Dimana Individu mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dal kesehatan seksual. Kesehatan seksual merupakan integrasi aspek somatik, emosional intelektual dan sosial dari seksualitas dengan cara mencapai dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta.

Rencana Asuhan Keperawatan Pada Perubahan Pola Seksualitas terdiri dari 3 aspek, Yaitu:
  1. Pengkajian
  2. Diagnosa Keperawatan
  3. Intervensi

Pengkajian
Penkajian terdiri dari data objektif dan data subjektif yang bersandar dari batasan-batasan karakteristik. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan pasien dan wawancara pasien atau keluarga pasien. Data objektif berasal dari Pemeriksaan Fisik yang dilakukan perawat terhadap pasien.

Batasan Karakteristik

  • Mayor (harus terdapat)
- Perubahan aktual atau yang antisipasi dalam fungsi seksual atau indentitas seksual.
  • Minor (Mungkin Terdapat)
- Ekspresi perhatian mengenai fungsi seksual atau identitas seksual.
- Tidak sesuainya prilaku seksual verbal atau nonverbal.
- Perubahan dalam karakteristik seksual primer atau sekunder.

Diagnosa Keperawatan
Perubahan pola seksual dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai masalah kesehatan, situasi, dan konflik.

Rumus Diagnosa keperawatan:
P(bd)+E+(dd)S

P= Masalah
E= Etiologi
S= Symtom
bd= Berhubungan dengan
dd= ditandai dengan

Masalah(P): Perubahan Pola Seksualitas
Symptom: suatu tanda/gejala yang berhubungan DS DO

Etiologi(E): Merupakan penyebab terjadinya perubahan pola seksualitas tersebut, yang berhubungan dengan berbagai faktor:
Faktor-Faktor yang berhubungan
  1. Berhubungan dengan efek-efek biokimia pada energi, libido sekunder akibat:
  2. Berhubungan dengan ketakutan terhadap. (penyakit-penyakit hubungan seksual)
  3. Berhubungan dengan efek Alkohol pada kinerja
  4. Berhubungan dengan penurunan lubrikasi Vaginal sekunder
  5. Berhubungan dengan ketakutan terhadap ejakulasi prematur/tertunda
  6. Berhubungan dengan fobio misalkan kehamilan, kanker atau penyakit kelamin
  7. Berhubungan dengan efek-efek biokimia pada energi, libido sekunder akibat:
  8. Berhubungan dengan ketakutan terhadap. (penyakit-penyakit hubungan seksual)
  9. Berhubungan dengan efek Alkohol pada kinerja
  10. Berhubungan dengan penurunan lubrikasi Vaginal sekunder
  11. Berhubungan dengan ketakutan terhadap ejakulasi prematur/tertunda
  12. Berhubungan dengan fobio misalkan kehamilan, kanker atau penyakit kelamin
Tujuan dan kriteria hasil
  • Pola seksualitas pasien dapat teratasi dalam waktu 4 x 24 jam
Kriteria hasil
Individu akan:
  1. Menceritakan kepedulian atau masalah mengenai fungsi seksual
  2. Mengespresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual
  3. Mengidentifikasi stresor dalam kehidupan
  4. Melanjutkan aktivitas seksual sebelumnya
  5. Melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual
INTERVENSI GENERIK

A. Dapatkan riwayat seksual:
  • Pola seksual biasanya
  • Kepuasan (individu, pasangan)
  • Pengetahuan seksual
  • Masalah (seksual, kesehatan)
  • Harapan
  • Suasana hati, tingkat energi
B. Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual yang mungkin mengganggu pasien.

C. Gali hubungna pasien dengan pasangannya

D. Jika stresor atau gaya hidup yang penuh stresor berdampak negatif terhadap fungsi :
  • Bantu individu dalam memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi stres.
  • Dorong identifikasi stresor yang ada dalam kehidupan ; kelompokan menurut individu sebagai dapat mengontrol dan tidak dapat mengontrol :
+ Dapat mengontrol
  • Keterbelakangna pribadi
  • Keterlibatan dalam aktifitas komunitas
- Tidak dapat mengontrol
  • Mengeluh
  • Penyakit anak perempuan
  • Lakukan program latihan teratur untuk reduksi stres. Lihat prilaku mencari bantuan kesehatan untuk intervensi.
E. Indentifikasi pilihan metode untuk mengaktifkan energi seksual bila pasangan tidak ada atau jika ada keinginan:
  • Gunakan masturbasi, jika dapat diterima individu
  • Ajarkan keuntungan fisik dan psikologis tentang aktifitas fisik teratur ( sedikitnya 3x seminggu selama 30 menit).
  • jika pasangan meninggal, gali kesempatan untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain (sekolah malam,club janda atau duda, kerja komunitas).
F. Jika suatu perubahan atau kehilangan bagian tubuh mempunyai dampak negatif terhadp fungsi;
  • Kaji tahapan adaptasi dari individu dan pasangan terhadap kehilangan ( mengingkari, depresi, marah, resolusi, berduka)
  • Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan dari kehilangan.
  • Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian dengan pasangan: gambaran respon dari pasangan, ketakutan terhadap penolakan, ketakutan terhadap kehilangan yang akan datang dan ketakutan secara fisik melalui pasangan.
  • Dorong pasangan untuk mendiskusikan kekuatan hubangan mereka dan untuk mengkaji pengaruh dari kehilangan pada kekuatan mereka.
  • Anjurkan individu untuk mengambil aktifitas seksual sedemikian rupa mendeteksi pola sebelumnya jika mungkin.
G. Identifikasi penghambat untuk memuaskan fungsi seksual

H. Ajarkan teknik untuk

  • Mengurangi konsumsi oksigen
- Gunakan oksigen selama aktifitas seksual jika di indikasikan.
- Lakukan aktifitas seksual setelah penatalaksanaan pernapasan tekanan positif intermitent
- Rencanakan aktifitas seksual untuk individu pada saat yang paling segar.
- Gunakan posisi berhungan intim yang nyaman dan biarkan nafas tidak dibatasi.

  • Kurangi beban kerja dari jantung (pasien jantung harus menghindari aktifitas seksual) :
- Dalam suhu ekstrim
- Langsung setelah makan dan minum
- Saat intoksitasi
- Saat lelah
- Dengan pasangan yang tidak dikenal
- Istirahat sebelum aktifitas seksual (pagi hari paling baik)
-pasien jantung harus mengakhiri aktifitas seksual jika dada tidak nyaman atau terjadi dispnea.
  • Kurangi atau hilangkan nyeri :
- Jika pelumasan vagina menurun gunakan pelumas cair
- Gunakan pengobatan untuk nyeri sebelum aktifitas seksual
- Gunakan apa saja yang mereklasasikan individu sebelum aktifitas seksual (kantung panas, mani pancuran panas)

I. Lakukan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesuai indikasi.

INTERVENSI PADA ANAK

  1. Perjelas kerahasian dari diskusi.
  2. Usahakan bersikap terbuka, hangat, objektif, tidak memalukan dan menyenangkan.
  3. Gali perasaan dan pengalaman seksual.
  4. Diskusikan bagimana bakteri di pindahkan secara vaginal,anal, dan oral.
  5. Untuk wanita muda, jelaskan hubungan penyakit menular seksual.
  6. Tunjukan diagram struktur reproduktif.
  7. Tekankan bahwa kebanyakan penyakit menular seksual tidak mempunyai gejala pada awalnya.
  8. Diskusikan pantangan dari persepektif seksual.
  9. Bedakan metode kontraseptif yang tersedia.
  10. Jelaskan dan berikan intruksi tertulis untuk metode yang di pilih.
INTERVENSI PADA LANSIA
  1. Jelaskan bahwa proses penuaan normal mempengaruhi kemempuan reproduksi tetapi mempunyai sedikit efek pada fungs seksual.
  2. Gali minat, aktivitas, sikap, dan pengetahuan mengenai fungsi seksual.
  3. Bila berhubungan, diskusikan efek-efek penyakit kronis dan fungsi.
  4. Jelaskan efek obat tertentu pada fungsi seksual ( mis, kardiovaskular, antidepresan, antihistamin, gasrointentital, sedatif, alkohol)
  5. Bila disfungsi seksual dihubungkan dengan obat, gali alternatifnya (mis, ganti obat, penurunan dosis)
  6. Dengan pihak wanita, diskusikan kualitas pelumas vagina dan ketersediaan pelumas larut air.
  7. Dorong pertanyaan. Bila diperlukan, rujuk pada ahli urologi atau spesialis lain.
INTERVENSI PADA MATERNAL
  1. Diskusikan perubahan tubuh selama kehamilan. Dorong pasangan untuk mengungkapkan perasaan mereka.
  2. Tenangkan bawa kecuali ada masalah (persalinan preterm, kehilangan ayi sebelumnya, perdarahan atau ruput membrane). Koitus diisinkan sampai mulainya persalinan.
  3. Orgasme akibat berhubungan intim atau masturbasi tidak dianjurkan jika ada bercak atau terjadi pendarahan, ketuban pecah dini atau jika ada riwayat keguguran berulang.
  4. Anjurkan pergantian posisi seksual untuk kehamilan selanjutnya untuk mencegah tekanan abdominal (mis. Miring, wanita berlutut, wanita di atas). Berikan penenangan tentang perubahan pascapartum. Tenangkan bahwa ini adalah keadaan sementara dan akan teratasi dalam 2 sampai 3 bulan.
  5. Tenangkan bahwa perubahan sikap seksual selama kehamilan dari perasaan sangat menginginkan seks sampai hanya ingin dimanja.
  6. Dorong komunikasi jujur dengan pasangan mengenai keinginan atau perubahan dalam minat.
  7. Akui keletihan, khusunya selama trimester persama, bulan terakhir, dan pascapartum.
  8. Dorongan individu menyediakan waktu untuk hubungannya, dalam seksua dan konteks lain.
  9. Ajarkan pasangan untuk berpantang untuk hubungan seks atau koitus dan mencari bantuan dari pemberi perawatan kesehatan mereka bila ada situasi berikut (May & Malmeister, 1994). Perdarahan vagina dan Dilatasi premature.

1 komentar:

Dalam rangka menambah pengetahuan kami, diharapkan untuk memberikan komentar atas artikel kami. Trimakasih.

Perhatian!

| Boleh Copy paste, tapi kalo anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback blog ini. |

Silahkan gabung!